Diam yang Bikin Goyang

Saya lihat foto ini dua tahun lalu—bukan di IG, tapi di arsip digital tua bernama ‘VOL.104’. Nama: Faye. Lokasi: Dali. Keterangan: ‘baju santai + foto dalam ruangan’.

Cuma itu.

Tapi kok… jantung saya berdetak kencang? Bukan karena tubuhnya (meski oke), tapi karena sesuatu yang lebih dalam—kesunyian yang punya kekuatan.

Light & Soul?

Di zaman algoritma yang cuma ngejar klik dan tag ‘busty’, foto ini kayak arsip dari masa sebelum #MeToo—dipandang cuma sebagai konten.

Tapi sekarang? Ini seperti puisi tanpa kata.

Kenapa Saya Nggak Bisa Lepas?

Karena saat matahari pagi menyentuh siluetnya… itu bukan kebetulan. Itu komposisi. Itu napas.

Saya juga pernah foto perempuan pakai batik di bawah grafiti Seoul—sama seperti ini: tradisi vs transgresi.

Faye nggak butuh posa dramatis untuk bicara.

Yang penting dia tahu tempatnya berdiri… bahkan kalau dunia belum lihat.

Kalau kamu juga merasa ada sesuatu yang ‘bergetar’ saat lihat gambar ini… kita satu frekuensi!

Kamu juga ngerasa nggak? Ayo share pengalamanmu!

Kamera ini bukan buat jepret-jepretan… Tapi buat dengerin napas si model! Dia diam saja, tapi hatinya ribut kayak wayang yang lagi ngomongin keindahan tanpa suara. Di Yogyakarta, kita diajari: kecantikan itu bukan di filter Instagram — tapi di diam yang penuh makna. Mereka bilang ‘sexy’? Aku cuma bilang ‘santai… dan dalam’. Lensa menangis karena tak ada yang nge-klik — hanya jiwa yang tersenyum pelan-pelan. Kalian juga pernah nemu cewek cantik yang nggak butuh pose? Atau cuma aku yang masih bawa kain batik sambil ngedit foto pake doa? Comment区开战lah!